Sebening embun ~

Pagi ini adalah pagi ke 19 di awal tahun 2022. Sudah beranjak ke penutup hari di pekan ketiga, sudah melakukan apa saja?

    







Kali ini, di sela-sela waktu kerja coba saya sisipkan waktu untuk menyelam kembali di dalam layar dan menulis hal-hal yang menurut saya berharga. Sesuatu yang ketika saya melihat dan mengamatinya secara mendalam saya merasakan hidup menjadi lebih hidup.

    Nikmat pagi di tempat saya bekerja yang sayang untuk dilewatkan adalah udara segar, hembusan angin dan kicau burung. Udara yang menerpa tubuh dengan kiriman angina begitu terasa damai di jiwa, teduh di hati. Nyanyian burung yang terus-menerus berpindah dari satu tenggeran ke tenggeran lainnya, mengudara dengan sekawanannya adalah sebuah simfoni yang menjadikan nuansa pagi begitu istimewa.

    Langit yang biru dan sisa-sisa awan yang masih bergumul meski samar, terlihat begitu indah dan menawan. Mereka hidup berdampingan dan silih berganti rupa, seperti kita manusia, yang pandai merias diri, berganti muka setiap waktu. Warna biru itu seperti menjelma warna yang mengisi hari-hari dengan begitu haru, mewakili keceriaan orang-orang yang suka memandanginya. Memelototinya untuk waktu yang lama,menangkap keindahan yang terpancar dari jemarin tangan-Nya. 

    Ada pepohonan yang juga bersanding begitu indah, tajuknya menjelma hijau di latar biru yang terbentang, bersamaan dengan datangnya angina yang mengelusnya, dedaunan dan ranting-ranting itu bergerak, seperti menari dengan alunan musik yang dinyanyikan oleh burung-burung.

    Sebuah harmoni bagi bumi yang kian renta. Saya sudah duduk dengan segelas kopi liberika Sungai Mendahara, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Udara masih terasa dingin, sejuk menyusup ke saluran pernafasan, dan mentari telah meninggi. Cahayanya meredup, namun hangatnya masih tersisa di tubuh-tubuh yang dipancarinya.

Komentar

Postingan Populer