Cerpen Bersambung #2

 Sayangnya, Jak kerap kali salah. Ia mempercayai manusia selalu mendapatkan keseringan salah daripada benar terhadap teka-teki yang ada di depannya. Seperti siang itu, saat Jak meyakinkan diri bahwa ia bisa nyaman menulis di laptop sembari menyesap kopi hangat, siang yang masih gerimis itu Jak habiskan dengan mencari ruang terbuka yang cukup untuk menyalakan rokok tanpa merugikan yang lain, dan membuka layar laptopnya.

Sampai ia menemukan sebuah bilik warung yang berderet di parkiran lantai 5, tempat yang cukup nyaman untuk nongkrong namun tidak tersedia WiFi dan listrik, setidaknya Jak bisa mengorek informasi dari si penjual. 

"Buk, ada kopi Bu?"

"Ini aja mas yang ada disini." Kata Ibu berkerudung panjang itu menunjuk sachet-sachet kopi yang berderet rapi diatas etalase toko mininya.

"Wah, kalau yang kopi tanpa gula ga ada ya Bu?"

"Ga ada mas, ni aja yang ada"

"Yaudah deh Bu, saya Energen vanilla aja satu", Jak mengeluarkan uang 5 ribu rupiah dan menyodorkannya ke etalase. Ibu penjual tadi menyerahkan segelas Energen hangat pesanan Jak. Sebelum beranjak pergi, Jak bertanya tempat yang cocok untuknya menyalakan rokok dan membuka laptop di ruang terbuka, Si Ibu mengarahkan dengan lisan dan tangannya, diketahui oleh Jak bahwa terdapat sebuah teras yang berisikan warung-warung minuman di lantai satu, Jak mengucap terimakasih dan menuju ke lift yang ditunjuk oleh Ibu tadi.

Lift memusingkan kepala Jak, setelah sebelumnya ditenggaknya habis segelas Energen hangat. Jak melangkah keluar lift saat sudah tiba di lantai satu dan bergegas menemukan sebuah teras, namun sepi, entah ia yang salah atau emang ini yang dimaksud si Ibu penjual tadi. Oh, Jak berpitar-putar sejenak sembari berlogika, kalau teras sebuah Mall, itu biasanya diatas basement dan bukan di pinggir, serta didekat pintu utama. Karena namanya teras - halaman utama.

Singkat waktu, Jak bertemu dengan deretan panjang meja dan kursi yang lebih banyak sepi daripada keramaian para pengunjung untuk duduk dan melingkarinya. Laptop dikeluarkan oleh Jak, dua buah kursi yang kosong ia gunakan, meja bundar dari besi ia gerakkan supaya lebih nyaman untuk digunakan menulis. Tapi, waktu tidak bertahan lama. Jak harus mencari WiFi dan listrik, sebab ia harus mengabarkan Ibunda dan teman-teman Ibundanya, terlebih untuk sebuah tulisan yang belum rampung, Jak haris mencari sumber listrik guna mengisi daya baterai laptopnya.

Gerimis menjadi deras, sejenak orang-orang berteduh dan mencari kehangatan. Beberapa yang lain sudah sibuk dengan gelas kopi yang dipesan dari kedai di belakang tempat duduknya, mereka sibuk dengan layar hp dan sebatang rokok disela jemari tangannya. Jak jua, ia membakar sebatang, untuk sejenak mengambil jeda atas lelah mengendarai mobil dari Bekasi hingga Thamrin City dan mencari-cari teras Mall untuk menepi....

Segitu dulu ya pembaca yang berbudi dan beriman, sehat selalu di Februari yang kerap meniadakan terik mentari....


Komentar

Postingan Populer