Kepada Zaman
Sebuah catatan untuk Februari
-
-
.
.
Remang-remang pembangunan silih berganti hilir mudik mengisi pagi hingga petang datang
aroma keringat yang letih mewartakan kesedihan pohon kepada tangan-tangan tak berhenti menebang
langit jarang menampakkan ronanya yang membiru sedang menabung haru pada bumi yang bising
udara tak sesegar ketika orang-orang menghirupnya untuk pertama kali pada pagi yang hening
.
.
Di belahan bumi yang lain, air sudah merumuskan kehilangannya pada tanah yang kering kerontang
kanopi hutan tak mampu lagi menyangga burung-burung yang lihai bertengger pada batang-batang
sudah ribuan cerita terulang, menjadi misteri dan juang yang diangankan membawa cahaya terang
sayang, sudah sepahit ampas kopi pada permukaan gelas. Manusia saling sikut demi uang
.
.
Kita tengah bersiap, menerima yang akan terjadi, lagi dan lagi disebabkan ego yang menggunung
laut tak selalu cukup untuk diselami, warna berganti, ekosistem teracuni sampah yang terbuang
bekas-bekas luka menempel pada tubuh penyu, paus dan burung pantai, duka yang mengapung
hujan sehari-hari berganti menjadi petaka yang siap tak siap menciptakan bahaya yang berkembang
.
.
Kepada Yang Pengasih dan Penyayang
Beri kami keleluasaan lagi untuk berkaca pada cermin yang usang
Agar dan supaya tak ada sesal di waktu yang akan datang
Demi harmoni dan lestari yang senantiasa tumbuh dan berkembang
Komentar
Posting Komentar